masukkan script iklan disini
JEJAK SEJARAH SUKU PAKPAK
Peradaban suku Pakpak tidak terpisahkan dari perdagangan kemenyan dan kapur barus. Keburuen adalah kata yang sangat familiar dalam kosa kata Pakpak. Bahkan pemeo “Sada Kata Dok Perteddung Asa Dapet Olih” (seia sekata agar mendapatkan keberuntungan) adalah dalam konteks mencari keburuen yang menjadi etos kerja orang Pakpak.
Ketika menjelajahi sejarah peradaban Tanoh Pakpak, maka di sepanjang penjelajahan itu, komoditas yang paling terkenal dan menjadi unggulan di Tanoh Pakpak adalah Kapur barus dan kemenyan. Disetiap referensi sejarah tentang Pakpak kapur barus adalah komoditi yang selalu disebut-sebut, bahkan foklor dan cerita rakyat tentang pencarian keburuen dan kemenyan dengan odong-odong nyanyian sunyi di tengah hutan sebagai pengiringnya, merupakan jejak sejarah yang masih sangat jelas bersama ritual adat yang menyertainya juga masih hidup sebagai tradisi agraris di tanoh Pakpak.
Kristal dan minyak dari pohon kapur itu jadi komoditas yang paling banyak dicari sejak ribuan tahun lalu. Sejarawan Inggris Oliver William Wolters, yang meneliti jalur perdagangan Kerajaan Sriwijaya, menyebut pohon kapur barus merupakan tanaman hutan rimba Nusantara bagian barat.
Berdasarkan analisis sumber-sumber dari China, Wolters juga menyimpulkan sejak abad ke-6 Masehi, betul-betul terdapat sebuah daerah di sebelah barat laut Sumatera yang mengekspor kapur atau kamper.
Selama berabad-abad kamper jadi komoditas yang melegenda di dunia. Marco Polo dalam buku petualangannya bahkan menyebut kamper dari Barus merupakan yang terbaik di dunia.
Menurut Marco Polo, saat itu harga jualnya setara dengan logam mulia. Namun kini pohon barus yang menghasilkan kamper sangat jarang ditemui. Tak banyak orang yang tahu keberadaannya.
Pantai barat Sumatera, dari Barus sampai Singkil dan Sabulussalam di Aceh, merupakan daerah vegetasi asli bagi pohon kapur barus. Dulu daerah ini masih satu kesatuan hutan.
Saat ini daerah ini kita kenal dengan Sibagindar, yaitu salah satu kecamatan di Pakpak Bharat yang memiliki hutan-hutan kapur yang menjulang tinggi dan berdiameter besar yang diperkirakan berusia puluhan bahkan ratusan tahun.
Kapur barus dan kemenyan memiliki sejarah panjang dan kedekatan emosional yang sangat tinggi dengan perkembangan sejarah Tanoh Pakpak. Kedua produk unggulan ini selain memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi, juga menjadi sebuah tonggak peradaban yang menyebabkan terbentuknya sebuah suku bangsa yang disebut Pakpak.
Sejarah mencatat bahwa peradaban Suku Pakpak sudah ada dan diperkaya dan berkembang, seiring dengan masuknya bangsa-bangsa lain ke Nusantara. Sejarah dan semua peninggalannya berupa benda-benda purbakala, nilai-nilai budaya, falsafah dan filosofinya bahkan tata kelola kemasyarakatanpun dimulai dari Kapur barus dan Kemenyan.
Seiring waktu, kejayaan produk unggulan itu hilang, hilang pula semua keluhuran dan kejayaan Tanoh Pakpak. Maka mari kembali pada budaya asli suku Pakpak, kembali ke alam Tanoh Pakpak, kembali pada Jati diri Pakpak.(Red)