masukkan script iklan disini
Barus, Sumatera Utara – 7 Desember 2024
Kapur Barus, atau dikenal sebagai *kafur* dalam Al-Qur’an, merupakan salah satu komoditas berharga yang telah mengangkat nama Barus sebagai pusat perdagangan dunia sejak ribuan tahun lalu. Dalam Surah Al-Insan ayat 5, Al-Qur’an menyebutkan tentang "kafur" sebagai campuran dalam minuman yang diperuntukkan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. Sebutan ini menguatkan bukti bahwa kapur Barus telah dikenal luas dan digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ritual keagamaan dan pengobatan, jauh sebelum masa Islam berkembang.
Menurut peneliti seperti Marco Polo dan arkeolog Claude Guillot, kapur Barus dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Marco Polo bahkan mencatat bahwa harganya setara dengan emas pada abad ke-13. Pernyataan ini diperkuat oleh catatan dagang dari Aden pada tahun 1180 yang menyebutkan tingginya nilai kapur Barus di pasar internasional, menjadikannya salah satu barang paling dicari oleh pedagang dari seluruh dunia.
**Barus Sebagai Pusat Perdagangan Dunia**
Sejak abad ke-4 Masehi, Bandar Barus telah dikenal sebagai penghasil utama kapur dan kemenyan. Pelaut-pelaut Arab, Persia, hingga Cina sering singgah di pelabuhan ini untuk mendapatkan kapur Barus berkualitas tinggi. Hubungan dagang ini bahkan telah berlangsung sejak era Kekaisaran Sassanid di Persia pada abad ke-4 hingga ke-6 Masehi. Dalam dokumen kuno, kapur Barus tercatat digunakan sebagai bahan obat-obatan, seperti dalam pengobatan mimisan yang tercatat dalam literatur Persia kuno.
Peneliti farmasi Prancis, Nouha Stephan, menyebut bahwa istilah "kafur" sudah muncul dalam syair-syair Arab dan Persia sebelum Islam berkembang, menggambarkan betapa kapur Barus telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat global sejak lama. Kapur Barus juga tercatat dalam buku-buku kedokteran abad ke-9 dan ke-10 M sebagai bahan obat yang digunakan oleh dokter-dokter terkenal di dunia Arab.
**Hubungan dengan Peradaban Fansur**
Sebelum dikenal sebagai Barus, wilayah ini disebut Fansur. Menurut Dada Meuraxa, Fansur kemungkinan hilang akibat bencana tsunami, dan Barus baru muncul sebagai kota besar pada abad ke-14. Kapur dan kemenyan dari Barus tidak hanya menjadi komoditas perdagangan, tetapi juga membentuk identitas masyarakat lokal, termasuk Suku Pakpak, yang peradabannya turut dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan ini.
**Kapur Barus dalam Perspektif Al-Qur'an**
Dalam Surah Al-Insan ayat 5, kapur disebut sebagai "kafur," campuran minuman surga bagi orang-orang beriman. Penyebutan ini menjadi bukti bahwa kapur Barus tidak hanya dikenal dalam konteks dagang tetapi juga memiliki nilai spiritual. Kosakata *kafur* yang terserap dalam berbagai bahasa dunia menunjukkan pengaruh perdagangan dan percampuran budaya yang melibatkan Barus sebagai pusatnya.
**Kesimpulan**
Berbagai referensi sejarah dan ilmiah menguatkan fakta bahwa Barus, melalui kapurnya, telah menjadi bagian penting dari peradaban dunia. Kapur Barus tidak hanya menjadi komoditas bernilai tinggi, tetapi juga simbol dari kejayaan Nusantara sebagai pusat perdagangan global. Dukungan dari kitab suci dan referensi mancanegara menunjukkan betapa pentingnya melestarikan warisan ini sebagai bagian dari identitas dan sejarah bangsa Indonesia.
**#KapurBarus #Barus #PerdaganganDunia #Kafur #PeradabanNusantara**